Ada satu fase dalam pernikahan yang sering terlewat dalam pembahasan: fase ketika anak mulai memasuki usia remaja, dan hubungan suami-istri kembali diuji dengan cara yang tidak pernah sama seperti dulu. Ini bukan fase jatuh cinta seperti masa awal menikah, bukan fase panik dan deg-degan seperti ketika baru menjadi orang tua, dan bukan juga fase serba-manis seperti saat anak masih kecil dan mudah dipeluk kapan saja. Fase ini lebih sunyi, lebih sensitif, lebih emosional, dan kadang terasa seperti menata ulang ulang arah keluarga.
Hubungan Pernikahan Saat Anak Memasuki Usia Remaja: Membangun Kasih Sayang di Tengah Perubahan Fase Hidup
Rabu, 12 November 2025
Aku Cuma Butuh 10 Menit Buat Kembali Waras
Jumat, 07 November 2025
Sadar gak sih kalian, kalau hidup terasa seperti lomba yang gak pernah selesai.
Semua orang bergerak cepat, seperti ada garis finis yang harus dikejar, tapi tidak ada yang benar-benar tahu di mana garis itu berada. Untuk waktu yang lama, aku pun ikut berlari — mengukur diriku dari pencapaian, dari ekspektasi orang, dari standar yang bahkan bukan milikku.
Kalo Lagi Lapar + Butuh Hiburan = Langsung ke Blok M, Fix!
Kamis, 06 November 2025
Ada satu hal yang belakangan ini aku sadari: ternyata salah satu cara paling sederhana untuk merayakan hidup adalah… jalan-jalan cari makan enak. Sesuatu yang dulu mungkin terasa sepele, sekarang justru jadi bentuk kecil dari self-reward dan healing versi dewasa. Semakin bertambah usia, aku belajar bahwa kebahagiaan itu nggak harus selalu besar. Kadang sesederhana menemukan tempat makan yang vibes-nya hangat, makan pelan-pelan, mendengarkan diri sendiri, dan merasa hadir penuh di momen itu.
Menemukan Rumah di Dunia Kreatif: Perjalanan yang Membentuk Siapa Aku Hari Ini
Rabu, 05 November 2025
Ada satu hal yang selalu aku sadari sejak dulu: aku punya rasa ingin tahu yang besar pada hal-hal yang bersentuhan dengan kata, visual, dan cara sebuah pesan bisa menyentuh hati orang lain.
Aku selalu tertarik pada bagaimana sebuah cerita bisa hidup, bagaimana sebuah gambar bisa bicara, dan bagaimana satu konten yang tepat bisa membuat seseorang merasa “aku merasa ini aku banget.”
Ketika Hasil Tes Psikolog Mengatakan Aku Punya Functional Depressive Disorder, Panic Syndrome, Anxiety, dan PTSD
Minggu, 02 November 2025
Ada masa di mana aku merasa “aneh”. Bangun pagi dengan tubuh lengkap, tapi jiwa terasa kosong. Bisa ketawa, tapi rasanya hampa. Bisa produktif, tapi setiap malam menangis tanpa tahu sebabnya. Aku pikir aku cuma lelah. Tapi rasa lelah itu nggak pernah pergi, bahkan setelah tidur panjang atau liburan singkat.
Sampai akhirnya aku memutuskan untuk menemui psikolog—bukan karena aku lemah, tapi karena aku ingin mengerti apa yang sebenarnya terjadi dalam diriku. Dan dari situlah semua ini dimulai.
Ketika Anakku Mulai Deep Talk: Tentang Pertemanan yang Tulus, dan Belajar Jadi Manusia Baik
Kamis, 30 Oktober 2025
Ada fase dalam perjalanan menjadi ibu yang terasa berbeda—ketika anak bukan lagi sekadar butuh dipeluk saat jatuh, tapi juga butuh didengar saat hatinya mulai belajar merasakan. Aku baru benar-benar menyadarinya ketika Darell, anakku yang kini beranjak remaja, mulai datang bukan hanya untuk minta izin main, tapi untuk bicara.
Perjalanan Menulis di Blog: Dari Curhat Jadi Panggilan Hati
Selasa, 28 Oktober 2025
Kadang, hal besar berawal dari langkah kecil yang tanpa sengaja kita ambil.
Begitu juga denganku — yang dulu cuma ingin punya ruang untuk menulis, menuangkan isi kepala setelah seharian jadi ibu dan pekerja, tanpa tahu kalau keputusan sederhana itu akan mengubah hidupku. Dari satu postingan blog yang kutulis di malam hari tahun 2016, perlahan aku menemukan panggilan hati: dunia tulis-menulis yang ternyata bukan hanya tentang kata, tapi juga tentang perjalanan menemukan diri.
Denyut Nadi Bangsa di Akar Rumput: Kisah Tiga Pilar Pembangunan ala Astra
Minggu, 12 Oktober 2025
Pembangunan sebuah bangsa bukanlah sekadar angka-angka makro ekonomi di ibu kota. Ia adalah cerita tentang Idham Aulia di Jawa Timur yang gelisah melihat sungai yang mati, tentang sejuknya napas alam di Ecovillage Cinanjung di Sumedang, dan tentang keagungan budaya yang kembali bernyawa di Hilisimaetano di Nias.
Inilah tiga kisah yang, meski terpisah oleh ribuan kilometer, terjalin erat dalam sebuah semangat bernama Ekosistem Satu Indonesia Astra. Ia bukan hanya daftar apresiasi atau deretan nama desa, melainkan cetak biru nyata bagaimana inovasi individual, keberlanjutan komunitas, dan kemandirian desa dapat membentuk fondasi kuat bagi masa depan Indonesia.







