Assalammualaikum,
Oscar Pribadi, juru bicara Kementerian Kesehatan, yang dilansir dari BBC.com hari Minggu 17/07/2016, mengatakan akan memberikan imunisasi dasar yang merupakan bagian dari upaya penanganan dampak vaksin palsu. Secara bertahap imunisasi dasar ini akan dilakukan di wilayah-wilayah yang fasilitas kesehatannya terindikasi penyebaran vaksin palsu seperti Puskesmas Ciracas, Rumah Sakit Harapan Bunda Ciracas, Jakarta Timur, dan di Pondok Ungu, Bekasi.
Sedih? Sudah pasti, apalagi bagi saya orangtua dari balita berusia 5 tahun 6 bulan, tujuan memberikan vaksin pada buah hati semata untuk perlindungan dan kesehatannya di kemudian hari. Menyebarnya berita vaksin palsu yang beredar di beberapa wilayah Jakarta, Tangerang dan Bekasi sontak membuat para ibu-ibu kaget, lemas dan pastinya khawatir akan perkembangan buah hati mereka, tumpuan harapan dan generasi bangsa.
Sebenarnya, apa itu vaksin dan manfaatnya bagi anak kita?
Vaksin adalah sistem kekebalan tubuh yang dirancang untuk membantu melindungi orang dari virus dan bakteri yang mungkin masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan penyakit. Ketika suatu bakteri atau virus memasuki tubuh, maka sistem kekebalan tubuh mulai memproduksi suatu protein yang disebut sebagai antibodi. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif (kanker).
Dalam laporan statistik lainnya, vaksin telah membantu menyelamatkan lebih dari 2 juta nyawa anak-anak yang juga secara luas mengurangi jumlah kasus difteri, gondok, rubella, pertussis, dan tetanus dari 98% hingga 100% di Amerika Serikat.
Sementara untuk anak sendiri, vaksin diberikan kepada anak-anak dari usia 0 - 6 tahun dimana anak-anak yang belum menerima vaksin apapun harus mendapatkan imunisasi yang diperlukan sesegera mungkin.
Perbedaan antara imunisasi dan vaksinasi adalah, imunisasi merupakan istilah lebih umum untuk proses kekebalan tubuh, sedangkan vaksinasi adalah proses imunisasi yang khusus menggunakan vaksin saja. Artinya vaksinasi adalah bagian dari imunisasi sedangkan imunisasi belum tentu merupakan vaksinasi.
Beberapa vaksin hanya diberikan sekali saja, meskipun sebagian besar perlu diulang pada waktu tertentu. Vaksin juga diberikan dalam dosis terpisah yang berjarak beberapa minggu atau bulan, hal ini dilakukan untuk memastikan perlindungan jangka panjang terhadap penyebab penyakit. Vaksin tidak menjamin kekebalan seratus persen. Vaksin hanya meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Jadwal Imunisasi Anak Umur 0 - 18 tahun |
Lalu, adakah risiko dari pemberian vaksin pada anak?
Sebagian besar efek samping dari vaksinasi bersifat ringan, yaitu demam ringan dan kemerahan atau nyeri di tempat suntikan. Untuk anak yang rewel setelah pemberian vaksin, hal ini wajar buibu. Supaya anak tidak rewel dapat dikompres bekas bagian yang disuntik menggunakan kapas atau kasa stering yang sudah dibasahi air dingin. Kompres selama 10 sampai 20 menit untuk membantu mengurangi bengkak atau rasa nyeri akibat suntikan.
Bagaimana orangtua bisa mengetahui apabila vaksin yang diberikan palsu atau tidak?
Sekretaris Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Arief Budiman menjelaskan, efek samping dari vaksin palsu akan segera terlihat setelah imunisasi. Biasanya efek berupa alergi pada tubuh yang ditimbulkan bagi anak yang diimunisasi menggunakan vaksin Tripacel palsu atau DPT. Pasien yang mendapat vaksin palsu akan memunculkan efek bahaya saat itu juga.
Ikatan Dokter Anak pun merekomendasikan penjadwalan imunisasi DPT ulang bagi anak berusia kurang dari 3 tahun sebanyak tiga kali vaksinasi dengan interval masing-masing satu bulan. Sedangkan bagi anak usia 1 - 7 tahun, vaksinasi dilakukan sebanyak tiga kali dalam interval masing-masing satu, dua dan tiga bulan. Lain halnya untuk anak berusia 7 - 18 tahun dapat diberikan imunisasi menggunakan vaksin jenis PG dengan dosis berbeda.
Terungkapnya vaksin palsu yang (diduga) sudah tersebar ke 9 provinsi ini, nyatanya membuat siapapun menjadi miris, ketakutan, sedih dan marah besar tentunya pada instansi pemerintah. Bagaimana bisa vaksin palsu lolos beredar dibeberapa fasilitas pelayanan kesehatan mulai dari puskesmas, klinik hingga rumah sakit besar. Bahkan, dari pemberitaan yang beredar sudah ditemukan 37 fasilitas pelayanan kesehatan di 9 provinsi (Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau) yang membeli vaksin dari distributor tidak resmi.
Alhamdulillah-nya, saya nurut sama mamah saya untuk memberikan imunisasi Darell di posyandu setelah selesai imunisasi DPT. Sangat sulit dan ngeri juga membayangkan bagaimana jika Darell sebagai salah satu korban pemberian vaksin palsu ini. Semoga para korban selalu diberikan kesehatan kini dan nanti. Juga anak-anaknya tumbuh cerdas dan pintar. Aamiin.
Wa'alaikumussalam.
Sumber:
1. http://infoimunisasi.com/vaksin/definisi-vaksin/
2. https://www.docdoc.com/id/info/procedure/vaksin-untuk-anak
3. http://duniaiptek.com/perbedaan-vaksinasi-dan-imunisasi/
4. https://nasional.tempo.co/read/news/2016/07/18/173788527/ikatan-dokter-anak-efek-vaksin-palsu-segera-terlihat
Serem yaaa.. Semoga anak-anak yang terlanjur divaksin dengan vaksin palsu ini baik-baik saja yaaa.. :(
BalasHapusAamiin...
HapusHalo bunda, maaf aku koreksi sedikit ya. Faskes pemerintah seperti Puskesmas menggunakan vaksin terdistribusi langsung dari Dinas Kesehatan setempat, jadi insyaAllah distribusinya resmi dan legal dan ga akan terindikasi menggunakan vaksin palsu, kecuali RS umum swasta dan klinik yang kemungkinan besar penggunaan vaksin berasal dari distributor tidak resmi.
BalasHapusAku yang bekerja di sektor kesehatan (meski aku nggak di bagian yang menangani imunisasi/vaksin, aku di penelitian) juga miris dengan kejadian ini. Selama ini memang Indonesia punya BPOM sebagai badan pengawas obat, tetapi entah apakah pengawasan juga berjalan? Pemerintah sudah berupaya keras mengusut kasus ini, meski dirasa sangat terlambat. Memang nggak cuma tanggung jawab 1 pihak tapi banyak pihak mulai dari distribusi sampai pengawasannya.
Kasus ini emang shocking, tapi semoga kita juga tetap bijak menyikapi ya bunda. Vaksin palsu yang selama ini beredar memang diisi cairan infus NaCl dan gentamycin. Efeknya sendiri insya Allah tidak berbahaya, kecuali terjadi infeksi kalau vaksin palsu tersebut nggak steril. Risikonya anak memang jadi ga terproteksi maka dari itu perlu vaksinasi ulang segera.
Aku berharap anak-anak Indonesia tetap sehat ya. I feel pissed too and can't tolerate it.
*maaf ya kalo komenku kepanjangan :)
Wuah makasih koreksinya ����
HapusWuah makasih koreksinya ����
Hapus