Pernahkah kamu berada di situasi di mana kamu tahu apa yang benar, tapi merasa ragu untuk mengatakannya karena takut salah di hadapan orang lain? Atau mungkin kamu pernah berada di bawah tekanan, merasa terintimidasi, namun di saat yang sama kamu tahu bahwa diam bukanlah pilihan? Dalam dunia kerja, menghadapi situasi seperti ini bukanlah hal yang asing. Di sinilah kemampuan untuk bersikap asertif memainkan peranan penting. Aku pernah mengalaminya, dan pengalaman tersebut mengajarkanku banyak hal tentang bagaimana tetap tegas tanpa kehilangan kendali diri. Yuk, simak ceritaku tentang tantangan bersikap asertif di dunia kerja! So yes, shall we start the story now ...
Menjadi seorang ibu, blogger, dan pekerja profesional, tidak jarang aku dihadapkan pada situasi yang menuntutku untuk tetap tegar dan tegas. Salah satunya adalah saat harus menyampaikan kebenaran, bahkan ketika aku merasa terintimidasi atau ditekan oleh orang lain. Dalam dunia kerja, bersikap asertif sangat penting, tetapi sering kali menjadi tantangan tersendiri—terutama jika dihadapkan pada pihak yang punya kekuasaan lebih besar.
Kisah ini mengingatkanku pada pengalaman pribadi beberapa tahun lalu, saat bekerja dalam tim proyek besar di salah satu perusahaan. Aku berhadapan dengan seorang atasan yang terkenal keras kepala dan sering kali merasa benar sendiri. Di salah satu pertemuan penting, aku menemukan ada kesalahan dalam laporan yang sedang kami bahas. Hati aku berdebar, mengetahui bahwa jika aku tidak berbicara, hal ini bisa berdampak buruk pada hasil proyek. Namun, aku tahu bahwa menyampaikan kebenaran di depan atasan yang sulit bukanlah hal mudah.
Keberanian untuk Bersikap Asertif
Pada saat itu, aku teringat nasihat ibuku yang selalu berkata, “Kalau benar, katakan. Tapi katakan dengan cara yang baik.” Dengan mengatur napas, aku mulai mengutarakan temuan aku dengan tegas namun tetap sopan. Aku menggunakan kalimat seperti, “Aku menghargai pandangan kamu, namun aku menemukan data yang mungkin perlu kita periksa kembali,” alih-alih langsung menunjuk kesalahan. Ini adalah bentuk komunikasi asertif yang aku coba terapkan, yakni mengemukakan pendapat dengan jelas dan jujur tanpa menyudutkan orang lain.
Ajaibnya, pendekatan ini berhasil. Meskipun awalnya respon yang aku terima agak defensif, dengan nada bicara yang tenang dan fakta yang jelas, aku akhirnya bisa mengajak tim untuk melihat kembali data yang aku maksud. Situasi itu mengajarkan aku bahwa bersikap asertif membutuhkan keseimbangan antara ketegasan dan empati.
Mengelola Diri di Tengah Tekanan
Bersikap asertif, terutama di bawah tekanan, bukan hanya tentang menyampaikan apa yang kita anggap benar. Lebih dari itu, ini adalah tentang pengendalian diri dan bagaimana kita menjaga profesionalisme, tanpa merugikan diri sendiri. Banyak dari kita, terutama perempuan yang bekerja di lingkungan yang didominasi oleh laki-laki atau memiliki struktur hierarki yang ketat, mungkin merasa ragu atau takut untuk berbicara dengan tegas. Namun, sikap ragu justru bisa menggerogoti kepercayaan diri kita dan berujung pada keputusan yang kita sesali di kemudian hari.
Aku selalu percaya bahwa menjadi asertif tidak berarti menjadi keras atau kasar. Ini tentang menyuarakan apa yang benar dengan cara yang penuh hormat. Di sinilah pengendalian diri berperan besar. Pengendalian diri membantu kita untuk tetap fokus pada inti masalah, tanpa terbawa emosi atau dorongan sesaat. Ini juga menjadi pelajaran yang aku ajarkan kepada anak remaja aku: untuk tidak takut menyuarakan pendapat, tapi tetap menjaga sikap yang baik dan tidak merugikan diri sendiri.
Manfaat Sikap Asertif dalam Dunia Kerja
Sebagai seorang blogger dan content writer, aku sering menerima feedback dari klien yang terkadang tidak sesuai dengan kenyataan atau tuntutan yang terlalu berat. Di sinilah aku belajar bahwa menjadi asertif sangat membantu dalam menjaga profesionalisme. Aku tidak perlu setuju dengan semua hal, tetapi juga tidak perlu menjadi orang yang selalu mengalah. Aku mencoba menegosiasikan poin-poin yang masuk akal, mengajukan argumen yang kuat, dan jika memang perlu menolak suatu permintaan, aku akan melakukannya dengan alasan yang jelas dan transparan.
Dalam dunia kerja, sikap asertif membuat kita dihargai karena menunjukkan bahwa kita memiliki pendirian, namun tetap terbuka untuk berdiskusi. Ini juga membantu menjaga integritas pribadi. Tanpa sikap asertif, kita bisa saja terjebak dalam situasi di mana kita merasa terus-menerus dikendalikan oleh orang lain, yang pada akhirnya merugikan diri sendiri, baik secara profesional maupun emosional.
Bagaimana Belajar Menjadi Asertif?
Tentu, bersikap asertif adalah keterampilan yang tidak datang begitu saja. Aku sendiri masih terus belajar dan memperbaiki diri. Berikut beberapa tips yang mungkin bisa membantu:
- Kenali dan Hargai Diri Sendiri: Sadari nilai dan keahlian yang kamu miliki. Ketika kamu yakin dengan kemampuanmu, kamu akan lebih mudah untuk bersikap tegas tanpa ragu.
- Komunikasikan dengan Jelas dan Tepat: Gunakan kalimat positif dan hindari nada yang menyalahkan. Fokus pada solusi, bukan masalah.
- Latih Pengendalian Emosi: Emosi adalah hal alami, tetapi harus dikelola dengan baik. Tarik napas dalam-dalam, hitung sampai sepuluh, lalu bicaralah dengan tenang.
- Bersiap untuk Berkompromi: Asertif tidak berarti keras kepala. Bersiaplah untuk mendengarkan dan mencari jalan tengah yang saling menguntungkan.
Penutup
Dalam dunia kerja yang penuh tantangan, bersikap asertif adalah salah satu kunci untuk mempertahankan integritas dan profesionalisme. Mengutarakan kebenaran tidak harus selalu menantang, tetapi dapat dilakukan dengan cara yang bijaksana dan penuh kendali. Pengalaman aku sebagai ibu, blogger, dan pekerja profesional mengajarkan bahwa keberanian untuk bersikap asertif bisa membuat perbedaan besar dalam hasil yang kita capai. Mari kita semua belajar untuk tidak hanya sekadar “berbicara,” tapi juga “berbicara dengan cara yang benar.” Karena dengan begitu, kita tidak hanya dihargai oleh orang lain, tapi juga oleh diri kita sendiri.
Keren Mbak Aie!
BalasHapusketemu atasan yang selalu merasa benar sendiri itu kan dag dig dug yah
pemilihan kata yang tepat, tidak menyudutkan pihak tertentu, objektif jadi lebih enak juga menyampaikan kebenaran.
kak ai setuju deh, kalau di dunia kerja penting sekali bersikap asertif karena selain memang baik untuk diri kita sendiri juga baik untuk hubungan ke atasan maupun rekan kerja sehingga kita bisa menciptakan lingkungan kerja yang tidak toxic
BalasHapusAsertif berarti bisa kebalikannya dari sikap 'yes boss', ya. Kalau yes boss kayaknya menurut aja meskipun terpaksa. Padahal harusnya kita juga bisa tegas kan ya
BalasHapusLangsung bookmark, karena memang soal ini masih jadi PR buatku. Nggak hanya di tempat kerja sebetulnya, tapi yang efeknya bisa jadi ke mana-mana ya karena sulitnya bersikap asertif dalam penugasan ini. Tricky memang ya untuk menyampaikan situasi sebenarnya tanpa menyudutkan rekan lainnya, apalagi kalau kendalanya memang di situ, sebetulnya kita kan mau menjaga hubungan baik juga.
BalasHapus