Menemukan Kembali Kedamaian: Trekking dan Momen Analog di Sentul

Senin, 23 Desember 2024

Pernah nggak sih merasa hidup kita seperti autopilot? Bangun pagi, langsung cek ponsel, gulir media sosial tanpa henti, dan tiba-tiba saja hari sudah malam. Aku pernah. Dan jujur, itu melelahkan. Rasanya seperti kehilangan kendali atas waktu dan perhatian. Sampai akhirnya, aku bertanya pada diriku sendiri, "Kapan terakhir kali aku benar-benar berhenti dan menikmati momen?" Pertanyaan itulah yang membawaku pada perjalanan ini, sebuah upaya sederhana untuk merebut kembali atensi hidupku melalui pengalaman analog yang sangat personal. Well, shall we start now ...

Menemukan Kembali Kedamaian Trekking dan Momen Analog di Sentul

Terkadang, kita perlu menjauh dari layar yang terus-menerus menuntut perhatian. Sebagai seorang content creator dan blogger yang akrab dengan dunia digital, aku menyadari betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara dunia online dan kehidupan nyata. Namun, kapan terakhir kali aku benar-benar mengambil jeda? Bukan sekadar mematikan notifikasi, tapi benar-benar menjauh dari semua teknologi.

Suatu hari, aku memutuskan untuk melakukannya. Aku ingin merasakan kembali momen tanpa distraksi. Jadi, aku memilih kegiatan yang sederhana namun penuh makna: trekking di Sentul. Ya, perjalanan singkat ini menjadi salah satu cara untuk merebut kembali atensi penting dalam hidupku.

Persiapan yang Membebaskan

Tanpa ponsel di tangan, aku hanya membawa hal-hal esensial: sepatu trekking, botol air, dan beberapa cemilan ringan. Pagi itu, aku meninggalkan semua perangkat elektronik di rumah, termasuk kamera. "Hanya diri sendiri dan alam," batinku. Sensasi tidak terburu-buru mengambil foto atau memikirkan angle terbaik untuk Instagram sungguh membebaskan.

Menemukan Kembali Kedamaian Trekking dan Momen Analog di Sentul

Menuju Sentul, aku menikmati perjalanan dengan mobil yang terasa lebih ringan tanpa harus memikirkan playlist atau podcast. Rasanya seperti membiarkan pikiranku bernapas untuk pertama kalinya setelah sekian lama.

Menyatu dengan Alam

Begitu tiba di titik awal trekking, udara segar menyambutku. Langkah pertama di jalan setapak itu terasa seperti membuka bab baru dalam hidupku. Trekking di Sentul memang tidak terlalu sulit, tapi cukup untuk membuatku berkeringat dan fokus pada langkah kaki.

Di sepanjang perjalanan, suara gemericik air mengiringi langkahku. Aku bisa mendengar angin yang berbisik di antara dedaunan, sesuatu yang jarang kusadari di tengah kesibukan kota. Aku bertemu beberapa orang yang juga trekking, dan senyuman mereka terasa begitu tulus. Tanpa obrolan panjang, kami saling menyapa, seolah-olah alam menyatukan semua orang yang berada di dalamnya.

Menemukan Kembali Kedamaian Trekking dan Momen Analog di Sentul

Air Terjun yang Membawa Kedamaian

Setelah satu jam berjalan, aku akhirnya tiba di tujuan: sebuah air terjun kecil yang tersembunyi di tengah hutan. Suaranya yang deras dan gemuruhnya yang alami membuatku terdiam. Aku duduk di atas batu besar, membiarkan kakiku bermain-main dengan air yang dingin. Tidak ada kamera, tidak ada foto yang diambil, hanya aku dan keindahan alam yang sedang dinikmati sepenuhnya.

Aku mengambil waktu untuk refleksi. Momen ini mengingatkanku akan hal-hal sederhana yang sering terlupakan: udara segar, air jernih, dan waktu untuk benar-benar hadir. Tidak ada beban untuk membagikan pengalaman ini ke media sosial. Aku hanya ingin menikmati dan merayakan kehadiranku di sini.

Menemukan Kembali Kedamaian Trekking dan Momen Analog di Sentul

Efek Setelah Trekking

Ketika perjalanan selesai, aku merasa tubuhku lelah tapi hatiku ringan. Ada semacam energi baru yang mengalir dalam diriku. Aku menyadari bahwa kegiatan analog seperti ini bukan hanya tentang olahraga, tapi juga tentang memberikan ruang bagi pikiran untuk beristirahat dan merenung.

Setelah trekking itu, aku mencoba lebih sering menyisipkan momen analog dalam keseharianku. Entah itu membaca buku fisik, menulis jurnal dengan pena, atau sekadar berjalan kaki di taman tanpa membawa ponsel. Semua itu membantuku merebut kembali atensi yang sering terpecah oleh dunia digital.

Menemukan Kembali Kedamaian Trekking dan Momen Analog di Sentul

Mengapa Kita Membutuhkan Kegiatan Analog?

Kegiatan analog seperti ini mengajarkan kita untuk kembali ke esensi. Hidup bukan hanya tentang produktivitas atau validasi dari orang lain melalui likes dan komentar. Hidup adalah tentang menikmati momen-momen kecil yang penuh makna, yang membuat kita merasa hidup.

Jadi, jika kamu merasa lelah dengan dunia digital, coba luangkan waktu untuk melakukan kegiatan analog. Temukan versi "air terjun"-mu sendiri, tempat di mana kamu bisa benar-benar hadir dan merayakan hidup. Karena sesungguhnya, momen-momen seperti inilah yang membuat kita lebih semangat dan kuat untuk menjalani hari-hari ke depan.

Selamat mencoba dan semoga kamu menemukan kedamaian dalam perjalanan analognya!

Posting Komentar

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisanku ini, bahagia deh rasanya kalo kamu bisa berkomentar baik tanpa ngasih link apapun dan enggak SPAM. :)