Pernah nggak sih kamu merasa kecil saat melihat pencapaian orang lain di media sosial? Ada yang baru aja lulus S2 luar negeri, ada yang resign dan langsung keliling dunia, ada juga yang sukses bangun bisnis dari nol sampai viral. Sementara kamu... masih sibuk menata napas, berjuang agar tetap waras. Aku pernah ada di posisi itu—merasa seperti ketinggalan kereta kehidupan. Tapi semakin ke sini, aku sadar: mungkin aku bukan tertinggal. Mungkin aku cuma naik kereta yang beda arah. Hanya saja definisi sukses versi aku mungkin berbeda, dan memang gak perlu sama juga kan, yang penting nyaman. So yes, di artikel ini aku akan bahas tentang 'Redefinisi Sukses Versi Aku: Nggak Perlu Sama, yang Penting Nyaman', shall we start now ...
Dulu, aku pikir sukses itu harus kelihatan dari luar: punya jabatan keren, gaji dua digit, foto-foto liburan ke Eropa, dan bisa traktir keluarga tiap akhir bulan. Itu definisi sukses yang aku warisi tanpa sadar, dari standar orang-orang sekitar. Dan aku kejar itu semua dengan sepenuh tenaga—sampai akhirnya aku lelah sendiri.
Ternyata, ketika semua pencapaian itu sudah ditangan, hatiku tetap terasa kosong. Seolah ada ruang yang belum juga terisi. “Kok rasanya tetap kurang ya?” pikirku. Makin hari aku makin sadar, mungkin yang kurang itu bukan pencapaian... tapi kejujuran pada diri sendiri.
Aku mulai pelan-pelan merefleksikan ulang: sebenarnya, apa sih arti sukses buat aku?
Jawabannya nggak langsung datang. Tapi satu hal yang pasti, definisi suksesku sekarang jauh berbeda dengan yang dulu. Buat aku, sukses hari ini bukan lagi soal validasi dari orang lain. Bukan tentang seberapa wow CV-ku di mata recruiter, atau seberapa estetik feed Instagram-ku. Tapi lebih pada: apakah aku bisa tidur nyenyak tanpa beban? Apakah aku bangun pagi dengan semangat, bukan panik? Apakah pekerjaan yang aku jalani membuatku merasa hidup, bukan terjebak?
Sukses versiku kini adalah bisa bekerja dengan hati tenang, sambil tetap punya waktu untuk jadi ibu yang hadir. Sukses itu adalah ketika aku bisa menolak sesuatu tanpa merasa bersalah. Ketika aku bisa berkata, “Aku butuh istirahat,” dan memeluk diri sendiri dengan kasih.
Sukses itu bukan lomba. Bukan juga skenario hidup yang harus sama untuk semua orang. Setiap orang punya definisi sukses yang berbeda-beda, dan itu sah. Ada yang suksesnya terlihat gemerlap dari luar, ada juga yang suksesnya terasa sunyi tapi penuh makna di dalam.
Kita nggak perlu menyesuaikan hidup agar muat dalam template orang lain.
Boleh kok kalau kamu belum punya rumah sendiri di usia 30-an. Boleh banget kalau kamu nggak nyaman jadi bos, tapi bahagia jadi pekerja yang berdampak. Boleh banget kalau kamu memilih jadi ibu rumah tangga, dan merasa itu adalah panggilan jiwamu.
Yang penting: kamu tahu kenapa kamu menjalaninya, dan kamu nyaman di dalamnya.
Redefinisi sukses itu proses yang personal. Bukan ditentukan orang tua, bukan juga oleh algoritma media sosial. Satu-satunya validasi yang kamu butuhkan adalah dari hatimu sendiri. Jadi kalau hari ini kamu merasa "suksesku belum seperti mereka", mungkin karena suksesmu memang bukan di jalan mereka. Kamu cuma butuh percaya bahwa jalurmu juga sah, dan sedang menuju versi terbaik dari hidupmu.
Karena sukses itu bukan seragam.
Sukses itu: nyaman, cukup, dan kamu yang tentukan sendiri artinya.
Posting Komentar
Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisanku ini, bahagia deh rasanya kalo kamu bisa berkomentar baik tanpa ngasih link apapun dan enggak SPAM. :)